Kamis, 27 Januari 2011

NABI NUHAMMAD SAW. INSAN TERMULYA



“Aku diutus keedunia ini untuk menyempurnakan Akhlak” (Hadits)
Dalam hidup yang mempunyai dua sisi antara Al-Khaliq dan sesama (Hablum Minallah Wa Hablum minannaas) minannas diartikan bukan berarti hanya manusia akan tetapi juga termasuk alam.
“Tidaklah Aku utus engkau (Muhammaad SAW) kecuali untuk kasih sayang seluruh alam”. Alam mempunyai arti selain Allah (siwallah) Diakui atau tidak Nabiyullah Muhammad SAW merupakan seorang pemimpin. Dalam penataan bernegara (Politik), dimedan perang (komandan) dan berniaga. Dalam segala sesuatu yang Nabi pimpin tidak ada ras, suku serta warna kulit yang beliau pandang adalah kemuliaan Akhlak dan prilaku yang baik. Dengan akhlak manusia akan mulia dan terhormat.
Orang banyak berfikir /menginginkan dihormati tapi tidak berfikir bagaimana orang bisa menghormati. Tentunya yang utama menghormati terlebih dahulu. Allah SWT berfirman : “ janganlah suka mencela dirimu sendiri (Mukmin) dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. (QS. 49 ;11) Sekarang ini banyak orang yang mencaci mencela orang sampai kata-kata tidak yang seyogyanya tidak pantas terucap diucap. Banyak terjadi sekarang orang yang menggunjing sampai mencaci saudaranya dimimbar di ruang sidang, mengaku muslim mencela sesama Allah SWT. telah mengharamkan saling mencela. Sebab mu’min satu sama lain adalah saudara. Rasulullah SAW. mengibaratkan muslim dengan yang lain bagaikan satu tubuh. Dan juga bagaikan satu bangunan yang saling menguatkan atau saling membutuhkan dan rasulullah mengibaratkan juga dengan jari jemari tangan. satu sakit/disakiti maka seluruh tubuh merasakan sakit.
Apa yang terjadi sekarang ? tidak lagi/banyak muslim justru saling menjatuhkan. Dimana figur Rasulullah sebagai panutan insan paling kamil dan mulya. Para pakar pendidikan mengatakan system pendidikan Nasional (SISDIKNAS) tahun 2003 berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa. WR Supratman yang sudah kita hapal lagunya sejak kita masing di Sekolah Dasar/SR bangunlah Jiwanya bangunlah badanya yang paling penting adalah membangun moral atau jiwa bangsa. Bukan hanya pembangunan fisiknya saja.
Berapa banyak dana system yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk membangun negeri ini, bila tidak ada kesadaran jiwa kebangsaan yang didasari oleh pelakunya dengan kemuliaan akhlak atau moral yang baik maka tidak akan berhasil. Akhlak yang merupakan tatanan hidup seseorang baik itu kepada Allah atau kepada sesama, maka yang dibangun oleh rasulullah adalah membangun akhlak setelah Aqidah.
Ulama terdahulu tidak pernah ada yang mencaci atau mencela Imam madhab yang kita kenal dengan madhahibul arba’ah (Maliki, Hambali, Hanafi dan Syafi’i) semua adalah orang sholeh, saling menghormati pendapat sama lain. Sesuai dengan pendapat Imam Syafi’I “setiap pendapatku benar, tapi mengandung kemungkinan untuk salah dan perkataan orang lain itu salah, tapi mengandung kemungkinan benar”. Tapi apa yang terjadi sekarang. Apakah karena Akhlak muslim sudah tidak terpatri lagi dalam diri muslim atau sebagai bangsa yang punya semboyan Bineka Tunggal Ika sekarang ini.
Imam maliki dalam kitab al-Muatho’ “Generasi akhir Islam tidak akan sukses tanpa meniru cara-cara yang dilakukan generasi yang awal mensukseskan Islam. Sayidati Aisyah RA. Telah berkata “Rasulullah adalah bagaikan Al-Qur’an yang berjalan”. Itulah kesempurnaan Rasulullah dibandingkan dengan yang lain. Baik dari segi jasmaniah dan juga ruhaniah. Yang bersifat pada Allah atau kepada sesama. Tidak ada batas sikaya, miskin, pejabat dan rakyat. Yang dipandang adalah Taqwa kita pada sang Khaliq.
*)Penulis Abdul Wasi (Pengurus DMI Kota Cirebon)